Jakarta, Ditsuslat – Meskipun merias busana pengantin wanita model Sunda Siger diperlukan ketelitian, namun oleh Mochammad Ikhsan digelutinya dengan passion. Lewat keterampilannya meyakinkan orang lain, ia mampu mengelola dirinya sebagai make up artis (MUA) profesional.
Dunia mode dan kecantikan sudah diakrabi Ikhsan selama lebih dari lima tahun. Ikhsan memiliki latar belakang MUA umum dan rancang busana. Usaha dan perjalanan karirnya berkembang pesat karena Ikhsan membangun rencana dan jaringan yang mendukung kemajuannya dengan cermat.
“Lulus sekolah dulu saya bekerja di butik. Setelah beberapa tahun, saya bisa menjalankan usaha butik kebaya saya sendiri. Saya memilih program PKW untuk memperkaya skills dan memilih jurusan rias pengantin karena ini sangat mendukung usaha busana dan kebaya saya, apalagi ditambah materi kursus kewirausahaan,” papar lulusan SMK Tata Busana di Bandung ini.
Saat bekerja di butik, Ikhsan banyak membantu penyelenggaraan show dan belajar menangani customer dan berbagai pekerjaan di dunia fashion. Dari menyiapkan pakaian, membantu model yang akan tampil hingga merias. “Selama kursus di LKP saya mulai merintis usaha sendiri, semua sudah sejalan dengan pengalaman yang saling mendukung,” lanjut perias pengantin berusia 26 tahun yang kondang di area kota Bandung dan sekitarnya ini.
Kini, karirnya semakin cemerlang dengan melayani 13 orderan make up artis dalam waktu sebulan dan meraup omzet hingga ratusan juta rupiah. Kunci keberhasilan lulusan program PKW Jurusan Tata Rias Pengantin 2024 ini adalah memadukan keterampilan tata rias pengantin Sunda Siger dan desain kebaya yang cantik.
“Saya mengikuti program PKW ini karena ingin tahu lebih mendalam aturan dan pakem pengantin Sunda Siger. Apa saja yang harus ada, apa yang tidak boleh. Rias pengantin Sunda Siger itu enggak hanya sekadar cantik, detailnya banyak dan belum semua make up artist memahami,” kata Ikhsan di sela-sela kegiatan merias model pengantin di booth LKP Mey pameran Gelar Hasil Karya 2024.
Ikhsan mengakui LKP Mey sangat mendukung profesinya mengenal lebih jauh tentang busana tradisi pernikahan budaya Sunda. Mulai dari kebaya dengan hiasan aksesorisnya, siger atau mahkota hiasan kepala serta berbagai ornamen lain seperti bunga dan manik-manik.
“Tata rias pengantin Sunda Siger itu rumit, banyak pakemnya dan itu harus diikuti dengan detail. Tapi ya diikuti dan dijalani aja dengan kesungguhan, kerjakan setiap prosesnya dengan passion,” jelas Ikhsan yang merasa belajar banyak dan sangat terbantu oleh program yang diikutinya di LKP Mey, Bandung.
Kedekatan praktisi LKP profesional
Sejak awal program PKW di LKP Mey, semua peserta didik langsung mendapat bantuan alat dan bahan untuk belajar dan bekerja sebagai make up artist (MUA). Selama menjalani proses belajar di LKP, semua siswa sudah dibekali modal lengkap. Seperti kotak make-up lengkap, baju pengantin dan busana orang tua sampai pengiring atau pagar ayu serta berbagai aksesori pengantin lainnya.
Selama mengikuti program PKW, Ikhsan tak hanya belajar teknik rias dari perias profesional, tapi juga membangun jaringan yang akan membantunya terus berkembang. Dari LKP dan jaringannya, pembimbing hingga teman-teman di dalam maupun di luar program PKW. Hal ini tidak hanya untuk kepentingannya menjual jasa tata rias saja, tapi juga untuk menambah ilmu.
“Bangun kedekatan dengan pembimbing, itu penting sekali untuk transfer ilmu. Karena pembimbing di LKP adalah praktisi pelaku tata rias yang sudah profesional dan berpengalaman. Punya hubungan baik dengan pembimbing akan membuka banyak jalan untuk MUA baru. Saat masih siswa LKP, saya ikut pembimbing nge-job jadi asistennya,” terang Ikhsan.
Begitu menjalankan usaha butik kebaya dan rias pengantinnya sendiri, Ikhsan terus membawa prinsip sinergi ini. Ia secara sungguh-sungguh menerapkan ilmu kewirausahaan yang dipelajarinya di program PKW dengan membangun reputasi pelayanan yang memenuhi kebutuhan spesifik klien, kolaborasi dengan vendor pernikahan hingga pengelola keuangan yang profesional.
“Pengelolaan keuangan saya, dari budgeting hingga pembayaran dibantu oleh profesional secara terperinci dan sistematis dengan metode pembayaran QRIS dan pelaporan excel,” lanjutnya.
Kesungguhan belajar dan pengelolaan usaha yang cermat menjadi kunci sukses Ikhsan. Ia dapat bertahan di tengah tingginya kompetisi make up artist dan perias pengantin, karena fokus dan mental yang tangguh.
“Fokus untuk belajar, terus tingkatkan skills. Belajar ini harus benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh, sampai paham dan menguasai betul. Karena belajar rias pengantin itu enggak bisa langsung bisa, perlu waktu dan proses yang tidak sebentar,” ujar Ikhsan.
Selain manajemen, Ikhsan menekankan satu lagi komponen penting yang membantunya bertahan menghadapi gempuran pesaing dan membukukan omzet ratusan juta. Ikhsan menyempurnakan tangan luwesnya melukis wajah pengantin dengan mental pejuang yang tangguh.
“Jadi MUA pengantin itu harus kuat mental karena sekarang ini saingannya banyak sekali, dari dunia luar sampai lingkungan terdekat kita sendiri. Apalagi perias pengantin baru, biasanya enggak langsung dapat job utama. Enggak langsung pegang pengantin, make up-in dulu pengiring atau keluarga pengantin. Jalani aja prosesnya dengan passion dan jangan bosan belajar,” tutupnya sambil tersenyum optimis.
Tom