Dua Barista Satu Visi Rintis Kedai Kopi Slow Bar Menyasar Kaum Muda

Tom
29 Januari 2025

Jakarta, Ditsulat - Kedai kopi salah satu anjungan peserta acara Gelar Hasil Karya 2024 lalu, hari itu ramai dari kerumunan antrean pengunjung. Dua barista muda tak hentinya sibuk menyajikan pesanan daftar minuman kopi americano, cappucini, latte dan kopi gula aren. Tidak sampai tiga jam, stok dua kilogram biji kopi pun ludes.  

Aroma racikan kopi yang semerbak menyengat hidung tak urung banyak yang menghampiri kedai meski akhirnya harus kecele. Padahal pengunjung yang telah beruntung mencicipi kopi harus sabar antre. Mereka menunggu sambil menyaksikan langsung konsep sajian kedai kopi slow bar yang  fokus pada detail proses yang presisi dan kualitas rasa.

Slow bar kopi garapan dua barista itu mengutamakan pengalaman personal dalam racikan kopi dengan lebih santai tidak terburu-buru, mendalami rasa kopi itu sendiri. “Saat ini kami fokus pada sajian kopi. Untuk menambah daya tarik dan menciptakan suasana ngopi yang lebih enak, kami berkolaborasi bersama teman-teman,” papar Hilmi Nibras (25 tahun) yang ditemani Cecep Suryana (20 tahun).

Hilmi, lulusan SMK perangkat lunak komputer tanpa latar belakang peracik kopi

Hilmi dan Cecep adalah pencetus kedai kopi kolaborasi. Keduanya lulusan PKW jurusan barista dari LKP Duta Karya dan telah membuka coffee shop di Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat. Para lulusan SMK komputer dan multimedia ini mengelola kedai Eksarasi Kopi yang kini menjadi mitra LKP dimana sebelumnya mereka menimba kursus dan pelatihan.

“Saya lulusan PKW 2023, Cecep lulus tahun 2024. Sekarang kami membuka coffee shop dengan konsep slow bar dan menjadi mitra untuk LKP Duta Karya tempat kami belajar dulu,” buka Hilmi saat ditemui di booth kopi mereka. 

“Saya tidak ada latar belakang di bidang bisnis kuliner atau kopi. Saya mendaftar program PKW jurusan barista awalnya karena ingin mempelajari hal baru dan kemungkinan membuka usaha,” imbuh lulusan SMK jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di Karawang, Jawa Barat. 

Sementara rekannya, Cecep, mengungkapkan dirinya. “Sejak 2019 saya memang tertarik dengan kopi, dari proses penanaman hingga pengolahan jadi kopi,” lanjutnya yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga petani di Garut.

Selama mengikuti program PKW, Hilmi dan Cecep mendapat beragam ilmu pengolahan dan penyajian kopi seperti basic cupping, manual brew, espresso, latte  art hingga manajemen, digital branding dan hospitality sebagai dasar pelayanan konsumen dan bekal berwirausaha. Usai menyelesaikan program PKW, mereka mendapat bantuan modal berupa alat atau mesin kopi dan biji kopi untuk memulai usaha.

"Bantuan mesin proses kopi dari LKP jadi modal memulai usaha," ujar Cecep 

Dari ilmu barista yang diperoleh dari LKP Duta Karya, Hilmi dan Cecep berhasil mendapatkan formula house blend, campuran biji kopi Arabika dari Gunung Tilu dan biji kopi Robusta dari Temanggung sebagai racikan khas coffee shop mereka.

“Bantuan mesin kopi dari LKP ini benar-benar jadi modal yang luar biasa, untuk kami yang baru memulai usaha,” kata Cecep.

“Kami fokus pada biji kopi dari Jawa saja, karena kopi ini yang sudah sangat kami kenal karakter dan cita rasanya. Lebih efisien untuk coffee shop yang baru mulai seperti kami. Bisa langsung beroperasi, tidak kelamaan meracik, mencari formula yang pas kalau pakai biji kopi lain,” lanjut Hilmi.

Seperti umumnya perjalanan usaha, Hilmi dan Cecep pun mengalami pasang surut dalam menjalankan bisnis warung kopinya. Belum setahun berjalan, mereka dapat mengantongi omzet antara 400 ribu hingga 2 juta, tergantung tingkat keramaian.

“Pasar utama kami memang anak-anak muda, biasanya waktu ramai saat weekend atau malam minggu. Sekarang kami sedang fokus untuk mewujudkan rencana pindah ke lokasi yang lebih dekat dengan salah satu kampus di Bandung,” ujar Cecep.

Hilmi dan Cecep memang masih di titik awal bisnisnya, perjalanan mereka masih panjang. Namun dengan konsistensi, kemauan untuk belajar dan mencoba di usia muda mereka, peluang untuk berhasil akan selalu ada. Sukses di usia muda sangat mungkin diraih, dengan bekal kemauan bekerja dan belajar.

“Bisnis coffee shop memang tidak mudah, banyak sekali warung kopi yang menjamur di kota besar. Mesti berani mencoba dan belajar, dan menciptakan karakter sendiri untuk membuat perbedaan dari yang lain,” tutup Hilmi.