Ditsuslat, Subang – Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) sektor industri perhotelan dan kapal pesiar sejatinya mengedepankan hospitality. Dalam pelaksanaannya tidak cukup menyediakan materi dan fasilitas serta pengajar yang berkompeten, tapi juga memahami bahwa setiap pesertanya memiliki kemampuan berbeda-beda.
Untuk itu program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dari Direktorat Kursus dan Pelatihan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), hadir untuk mendukung peserta didik mengembangkan kompetensinya dan membekali sertifikat agar siap terserap di dunia usaha dan industri. Alhasil, simbiosis pendidikan nonformal menjadi wadah yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sebagai seorang yang berkarir di bidang pelayanan hotel (hospitality), bukan tanpa alasan Heni Nurhaeni menjatuhkan pilihannya ke jenjang pendidikan praktis Food & Beverages Service di LKP Royale Marine International (RMI) di kota Subang, Jawa Barat. Ia ingin sekali mengejar cita-citanya kendati di lingkungan keluarganya ada yang berprofesi dokter.
“Mimpi saya dari kecil bisa keliling dunia, ingin punya uang 1.000 dolar,” angan-angan Hann, sapaan akrab perempuan muda berusia 24 tahun ini.
Meskipun cita-citanya mulia, karir Hann tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus menghadapi kenyataan penolakan dari kedua orang tuanya. Kursus 4 bulan materi dan 6 bulan kerja praktek tak mulus dilalui. Karirnya kandas karena sakit dan diberhentikan dari tugas On Job Trainning (OJT) karena kondisi tubuhnya semakin memburuk.
“Namun sesuai janji saya kepada orang tua tidak ingin membebani hidup mereka, saya waktu itu kursus dengan biaya sendiri dari fasilitas bea siswa LKP RMI, walaupun saya harus menerima kenyataan pahit jatuh sakit di saat melanjutkan kerja praktek,” katanya mengenang kepedihannya pada September 2021 lalu gagal OJT di Resinda Hotel, Karawang, Jawa Barat
Setelah istirahat, kesehatan Hann pulih kembali dan diberi kesempatan kedua oleh pihak kampus RMI untuk melanjutkan OJT di Hotel Harper Purwakarta by Aston. Namun celaka, penyakit lamanya kambuh, bahkan lebih parah lagi. Ia bahkan divonis mengidap Paralisis yang membuat kakinya lumpuh dan harus istirahat total pada 2022.
Setelah dirinya pulih total ia kembali memohon kepada pihak kampus agar diberikan kesempatan mencobanya kembali menjalani kerja praktek. Karena kejujurannya dan prestasi saat magang kerja, pendiri Royal Marine International, Asep Rahman Amd.Par, S.Pd dan Direktur Operasional Royal Marine International Subang, Darwin Denny, akhirnya mendapuk Hann untuk melakukan magang di luar negeri, yakni Malaysia.
“Saya sudah gagal OJT dua kali karena sakit dan merasakan hidup saya sudah hancur. Tapi Alhamdullilah, Royale Marine International Subang memberi kesempatan sekali lagi untuk melanjutkannya di luar negeri membuat saya bersemangat lagi dan bekerja lebih keras,” kenangnya.
Kesehatan Hann terjada dan merasakan suka cita bekerja magang di hotel selama 6 bulan di Malaysia . Ia makin bersemangat lagi mengisi watu luangnya menyalurkan kegemarannya fotografi dan hobi menulis mengikuti lomba. Seusai menyelesaikan magang di Malaysia, ia pun mendapat tawaran bekerja sebagai waitress di Terrace Hotel bintang empat yang ikonik di Brunei Darussalam.
Selang waktu tiga bulan pihak manajemen hotel Terrace Brunei menilai prestasi Hann semakin sukses, dan mempromosikannya sebagai Supervisor Restoran. Kendati di usianya relatif masih muda dibanding karyawan hotel yang sudah berusia rata-rata 30 tahun ia percaya diri dan bersyukur mendapat kepercayaan dan tanggung jawab.
“Saya menjalani pekerjaan saya benar-benar sebuah tantangan. Usia paling muda di antara teman karyawan lain tapi harus pandai membawa diri posisi sebagai supervisor sekaligus bos di antara mereka. Di sisi lain sebagai teman dan partner kerja, meski terkadang harus menyesuaikan diri demi kelancaran operasional,” terangnya.
Meski tak mudah untuk menikmati pekerjaan sebagai supervisor dan segala tantangannya, ia mengakui bahwasanya semuanya adalah proses yang akan membuatnya makin baik.
“Saya senang dan betah bekerja di Brunei bukan karena gaji atau karir, tapi karena ilmu saya masih nol. Masih harus banyak belajar ke depannya. Karir kita tergantung apa yg kita lakukan hari ini,” pesannya.
Menurutnya, industri hospitality bukan soal tempat yang nyaman dan hidangan khas hotel, melainkan pelayanannya. Royale Marine International telah mengubah mimpi menjadi kenyataan dari keinginannya untuk memberikan pelayanan terbaik.
“Meskipun saat ini harapan saya untuk mendapatkan 1.000
dolar belum tercapai,” seloroh penyuka olah raga bowling yang mendapat
kendaraan dinas danmenerima pendapatan per bulannya 800 dolar.
Terus sukses berkarir, Hann…
Tom