Menenun Tenun Merangkul Pengusaha dan Pengrajin Muda Nusa Tenggara Timur

Tom
25 Agustus 2024

“Di Flores Timur ada tradisi seorang wanita dianggap sudah dewasa dan boleh menikah jika pandai menenun tenun ikat dengan baik. Tenun ikat juga menjadi simbol harga diri dan harkat kaum perempuan, karena sering digunakan sebagai nilai mas kawin yang berharga,” ujar Florentina Ina Palang Namatukan (22).

 

Namun bagi wanita asal Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dengan mengikuti program PKW pada 2022 lalu ia justru merasakan  manfaat lebih dari yang didapat seperti motivasi dan rasa percaya diri. Hasil karyanya berupa tenunan, khususnya tenunan Desa Gayak menjadi sesuatu yang bernilai dan berharga.

 

Menurut pengakuannya, setiap bulan ia sanggup menghasilkan tenunan sebanyak 16 helai kain tenun ikat, yakni jenis Nowing seharga Rp 500.000, Kwatek Rp 800.000, dan Senai serharga Rp 100.000.

 

Omzet  tersebut bukan hanya menopang perekonomian keluarganya, namun juga mengangkat harkat dan maratabat kaum muda di sekitarnya. Memberikan kesempatan Florentina Ina merangkul para pengusaha dan pengrajin muda, menggali potensinya mengembangkan diri dan produktif dalam dunia tenun khususnya melestarikan budaya tenun ikat.

 

Kesamaan kisah sukses para penenun dari provinsi NTT telah lebih dulu dialami Maria Devita (26) asal Kabupaten Sikka, NTT. Peserta PKW 2021 ini masih sangat bersemangat menenun dari selembar kain hingga 2024.

 

“Saya belajar mendesain motif, mengetahui filosofi/makna motif, belajar bagaimana mengikat motif, menyusun, membuat warna-warna benang dengan bahan sintetis maupun pewarna alami, belajar merapikan motif, sampai menenun. Setelah memperoleh ilmu, saya juga dibekali modal rintisan usaha berupa benang, bahan pewarna, serta alat tenun,” katanya mengisahkan perjalanan hidupnya dari menenun.

 

Popularitas kain tenun ikat Sikka yang dikerjakan Devita sejak 2022 hingga kini telah menghasilkan sekitar 60 kain, mulai dari motif sederhana hingga yang rumit. Beberapa hasil karyanya di Galeri Dekranasda menjadi outer kemeja busana kerja.

 

“Awalnya, menenun terkadang hanya membantu mama mengikat motif kain tenun ikat Sikka. Selanjutnya saya mengikuti program PKW dan mulai belajar bagaimana menjadi wirausaha muda yang harus mengenal produknya sehingga bisa mempromosikan dan menjual. Saya bangga menjadi generasi muda yang bisa menenun tenun ikat sebagai pekerjaan sehari-hari saya,” pungkas Devita.