Suslat, Jakarta - Dalam rangka menyambut Indonesia Emas pada 2045 mendatang, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan Rembuk Pendidikan Vokasi bertajuk Skills Indonesia 2024 yang berlangsung di Grand Hyatt Jakarta pada Jumat,19 Juli 2024.
Acara ini digelar berkaitan dengan persiapan sumber daya manusia yang unggul, kompeten dan berdaya saing dalam menghadapi teknologi yang terus berkembang pesat dan ekonomi global yang dinamis. Juga berkegiatan untuk menyebarkan hasil program pendidikan vokasi, khususnya kemitraan kepada seluruh pemangku kepentingan pendidikan vokasi.
Seperti diketahui, 2045 masih lama sekitar 21 tahun lagi. Namun berbagai harapan ke depan lahirnya skill-skill yang esensial dengan atribut pendidikan vokasi, berkontribusi mengantarkan kepada Indonesia Emas 2045.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati, dalam sambutannya memaparkan bahwa Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) telah berhasil melayani anak usia sekolah dan tidak bersekolah untuk mendapatkan kecakapan kerja dan mitra usaha. Jumlahnya sebanyak 331.033 orang.
Namun, menurut Dirjen Kiki, pencapaian tersebut masih harus berkelanjutan. Pasalnya, Indonesia Emas 2045 tidak pernah akan terwujud bila tidak bisa berkontribusi menyiapkan SDM yang diharapkan.
"Tantangannya tidak mudah dan tidak bisa diselesaikan sendiri oleh Kemendikbudristek. Seluruh pihak yang berada di dalam pendidikan vokasi perlu bekerja sama menghadapi berbagai perubahan yang kita hadapi," jelas Dirjen Kiki.
Adapun, menurut Dirjen Kiki, sejumlah perubahan struktural sedang terjadi. Disadari atau tidak, perubahan transisi digital dalam semua lini kehidupan mengubah segala sesuatunya. Seperti kehadiran kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
"Boleh jadi, teknologi digital akan menghapus pekerjaan yang selama ini kita miliki," imbuh Dirjen Kiki.
Meski begitu, perubahan ini juga menghadirkan harapan dan peluang pekerjaan baru. Di masa depan, pekerjaan soft skill akan meningkat dan diperkirakan mencapai 63% dari seluruh pekerjaan sepanjang pada 2023 lalu.
"Kita menyadari bahwa penguasaan soft skill seringkali tumpul. Maka kita asah dan asuh melalui pendidikan vokasi, menjamin pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat," jelas Dirjen Kiki.
Skil-skill Potensial Pendidikan Vokasi
Dalam kesempatan yang sama, Uuf Brajawidagda, Pelaksana tugas (Plt.) Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) mengutarakan tentang parameter potensi pertumbuhan di daerah dari sektor ekonomi dan pendidikan vokasi setempat.
Selama ini besaran sarana satuan pendidikan vokasi dengan ekonomi daerah diukur dari keselarasan cabang pendidikan vokasi dengan mitra studinya. Juga dari dimensi kurikulum, proses pembelajaran, potensi pendidik dan potensi peserta didik, kelengkapan sarana dan prasarana.
"Kebutuhan jenis pendidikan dan keselarasan potensinya pun disesuaikan dengan kebutuhan jenis, keterserapan dan mobilitas dunia kerja serta keselarasan konsentrasi keahlian proyeksi ke depan," jelas Plt. Direktur Uuf.
Dari latar belakang studi tersebut, perolehan dari 14 kabupaten di tujuh kawasan eknonomi khusus (KEK) memiliki 25% keselarasan sedang, serta empat kota kabupaten memiliki 28% keselarasasn rendah.
Berdasarakan kelulusan pada 2023 lalu terhadap data yang tidak menganggur dengan bekerja, wirausaha dan melanjutkan studi besarannya mencapai 96,49%. Angka tersebut naik 4,08% dari tahun sebelumnya pada 2022, yaitu 94,1%.
Terkait mobilitas, lebih dari 90% lulusan SMK bekerja di provonsi asal sedangkan lainnya bekerja di luar daerah. Hal unik terjadi pada kelulusan peserta didik dari Propinsi Bali yang memasuki dunia kerja sebesar 96,24%, dan kurang dari 1%-nya bekerja di luar Propinsi.
Secara rinci dan mengesankan adalah, 24,64% lulusan SMK Bali bermigrasi ke luar negeri. Kompetensi yang mengantarakn para lulusannya mencakup bidang kesehatan, pekerjaan sosial dan pariwisata. Namun Bali juga mendapat migrasi lulusan SMK dari luar daerah sekitar 60%.
Hal fenomenal juga terjadi di Morowali. Sekitar 25%-45% pekerjanya didukung dari keberadaan SMK di Sulawesi Selatan dengan kelulusannya mencapai 94,47%. Kendati tingkat migrasi dari daerah lain cukup tinggi.
Khusus di Ibu Kota Nusantara (IKN) terdapat lima tahapan pembangunan yang telah dimulai sejak 2022 hingga 2045 mendatang. Diproyeksikan akan meningkat seiring kebutuhan peningkatan manfaat ekonomi dan kebutuhan tenaga kerja yang smart, maka kelulusannya diharapkan dapat mengoperasikan platform digital.
Tom