Keterbatasan fisik bukan menjadi masalah untuk meningkatkan kompetensi. Itulah yang diyakini oleh Herdian Orlando atau Lando. Ia adalah peserta program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) 2023 di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) FA Sekolah Mode, Jambi. Dengan mengikuti kursus menjahit, ia bisa mendapatkan pendapatan sekaligus meningkatkan keahlian, walaupun ia mengalami gangguan pendengaran.
“Sebelumnya saya tidak ada kegiatan. Sudah lulus sekolah 2019, tetapi saya masih nganggur dan cuma bantu orang tua di rumah,” ungkap Lando mengawali cerita.
Berbekal ingin mendapatkan penghasilan dan tak mau jadi beban saja di rumah, ia pun menginginkan kursus menjahit. Gayung bersambut, ia mengetahui dari media sosial bahwa LKP FA Sekolah Mode membuka pelatihan menjahit program PKW. Dari informasi tersebut, ia pun langsung mendaftar kursus menjahit.
“Saya cuma bisa menjahit dasar, belum pernah bikin baju atau busana lainnya. Jadi, di sini benar-benar intens pembelajarannya, mulai dari pola sampai menjahit yang rapi,” tutur Lando mengisahkan pembelajaran di LKP yang sudah berdiri sejak 2014 tersebut.
Lebih lanjut, Lando menjelaskan bahwa program PKW yang ia ikuti meningkatkan keterampilan menjahitnya karena pembelajaran berbasis proyek dan praktik. Walaupun ia tidak bisa mendengar, instruktur mengajarinya lewat praktik langsung dan melalui tulisan. Melalui itulah Lando bisa mendapatkan materi. LKP FA Sekolah Mode pun mendukung penuh untuk pengembangan keterampilan menjahit Lando.
“Menurut saya, setiap peserta didik kami memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, khususnya mereka yang memang memiliki keterbatasan dalam komunikasi lisan. Namun, keterbatasan mereka tersebut tidak menjadi kendala bagi mereka untuk belajar dan mengasah skills dalam menjahit,” ungkap Siti Hatijah selaku pemimpin LKP FA Sekolah Mode.
Lalu dengan tangannya, Lando pun sukses membuat gaun pesta yang indah dan diperagakan oleh model melalui acara gelar karya sekaligus penutupan program PKW di LKP tersebut.
“Gaun pesta kan banyak disukai oleh masyarakat Jambi, khususnya perempuan untuk acara kondangan atau acara formal lainnya. Untuk itulah saya mengerahkan kemampuan saya untuk membuat gaun pesta yang cantik,” ujar Lando.
Lando juga menambahkan, walaupun banyak peserta program PKW adalah perempuan, ia tidak sedikit pun rendah diri karena ia yakin ia pun punya sisi estetika untuk membuat gaun.
Lewat PKW, Lando Buat 5 Sampai 8 Baju dalam Seminggu
Program PKW mempersiapkan lulusannya menjadi wirausahawan baru yang unggul dan mampu mengembangkan bisnis. Di LKP FA Sekolah Mode pun memfasilitasi peserta untuk mewujudkan mimpi para lulusannya.
“Kami melakukan pembinaan rintisan usaha setelah program pembelajaran selesai, tak terkecuali untuk Lando,” tutur Hatijah kembali.
Secara khusus, Lando dibina melalui LKP FA Sekolah Mode untuk melakukan rintisan usaha. Dalam seminggu ia membuat 5—8 baju untuk pelanggannya.
Lando menjelaskan bahwa ia memulai dengan membuat pola dan menyambungkan kain demi kain untuk menjadi busana yang utuh. Materi yang ia dapatkan selama pembelajaran sangat bermanfaat untuk usahanya. Sudah satu bulan ia membuka usaha, ia pun mendapatkan penghasilan sekitar Rp1,5 juta lebih.
“Kalau ada kesulitan saya masih boleh bertanya kepada instruktur LKP. Melalui pendampingan rintisan usaha inilah skill saya jadi lebih terasah,” tutur Lando.
Lando sangat berterima kasih kepada LKP FA Sekolah Mode dan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan atas kesempatannya mengikuti program PKW ini. Baginya, program PKW merupakan kesempatan untuk keluar dari zona pengangguran dan ia bisa membuktikan bahwa orang yang memiliki keterbatasan pun berhak mendapatkan kesuksesan. Artikel ini dikutip dari: https://vokasi.kemdikbud.go.id/read/b/menginspirasi-di-setiap-jahitan-perjalanan-seorang-tunarungu-dalam-kursus-menjahit-program-pkw-2023
Zia/Cecep